Sudirman Mansyur – posaceh.com – Pandemi wabah virus corona desease 2019 (Covid-19) yang telah membuat kacau balau berbagai sektor di hampir semua negara, tak terkecuali dalam olahraga.
Akibat pandemi wabah virus yang berawal dari Wuhan, Cina pada Desember 2019 itu, telah membuat berbagai event dan kompetisi nasional maupun international terhenti dan ditunda pagelarannya.
Diantaranya, multi event olahraga nasional PON XX yang seharusnya digelar di Papua Oktober 2020 ditunda pada Oktober 2021 dan ajang international, Asian Games di Tokyo, Jepang juga ditunda pelaksanaannya pada 2021.
Meski di awal-awal pandemi wabah virus dari negara Tirai Bambu itu membuat semua event kompetisi serta kegiatan olahraga berhenti total, namun satu hingga dua bulan kemudian berbagai organisasi, komunitas olahraga kembali menggelar latihan atlet dan event atau kompetisi.
Pagelarannya pun didesain secara spesifik sesuai protokol kesehatan (Prokes) yakni tanpa kerumunan dan memakai masker, menjaga jarak, selalu mencuci tangan pakai sabun (3M).
Seperti Pengurus Provinsi Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Pengprov Ikasi) Aceh yang memiliki atlet untuk bertanding di PON Papua, mempersiapkannya melalui latihan dan kejuaraan sebagai ajang ujicoba agar mencapai target prestasi, sehingga harus mendesain pola latihan dan kompetisi di tengah badai virus corona ini.
Event yang didesain spesifik dibuat dalam bentuk sirkuit terbatas dalam empat Seri mempertandingkan kategori putra – putri nomor sabel, floret dan degen yang masing-masing digelar setiap seri sepekan sekali. Event tersebutpun selesai sebulan, dimulai Agustus hingga September 2020.
Menurut Ketua Umum Pengprov Ikasi Aceh, M Nasir Syamaun, SIP, MPA, gelaran event Sirkuit Terbatas Anggar Aceh 2020 dibuat agar tidak terjadi kerumunan atau penumpukan peserta. Biasanya sebelum pandemi, event anggar berlangsung dan selesai dalam sepekan mempertandingkan sekaligus semua nomor kategori putra-putri.
M Nasir yang juga Sekretaris Umum KONI Aceh ini menjelaskan, sirkuit terbatas ini berlangsung empat seri, yang dimulai 29 Agustus 2020 Seri I yang mempertandingkan nomor sabel putra. Seri II, 5 September, nomor floret putra. Seri III, 12 September, nomor degen putra. Terakhir, 19 September, Seri IV mempertandingkan nomor sabel, floret dan degen putri,” ujarnya.
“Sirkuit ini digelar terbatas, mengingat suasana pandemi Covid-19, sehingga jumlah peserta atau atlet yang ikut bertanding terbatas berdasarkan yang kita panggil,” katanya.
Ia mengatakan, event ini juga diikuti atlet yang sedang menjalani pemusatan latihan daerah (Pelatda) untuk menghadapi PON XX/2021 di Papua. “Bagi atlet Pelatda PON, sirkuit ini menjadi ajang pemanasan dan melihat kemajuan/perkembangan setelah selama ini mengikuti pemusatan latihan, serta uji kemampuan bagi atlet-atlet yang menjalani pembinaan di daerah masing-masing,” katanya.
M Nasir menyebutkan, semua rangkain gelaran sirkuit di tengah pandemi yang juga sebagai bagian merealisasikan program pembinaan ini berjalan lancar dan sukses.
Gelaran sirkuit inipun mendapat apresiasi dari Kapolda Aceh, Inspektur Jenderal Polisi Drs Wahyu Widada M.phil, karena dinilai kreatif mendesain event sebagai upaya mengiatkan olahraga untuk meningkatkan prestasi atlet di masa pandemi dengan mengikuti protokol kesehatan (Prokes) cegah Covid-19.
“Kapolda tertarik dengan kegiatan olahraga berupa sirkuit yang kita buat ini sebagai upaya meningkatkan prestasi atlet di masa pandemi,” katannya.
Dalam setiap Seri, para atlet cabang olahraga pedang yang mengunakan pakaian khusus dan penutup muka ini ketika bertanding, tampak begitu semangat dan sengit berlaga di setiap Seri.
Mengikuti Kompetisi Secara Virtual
Semangat berkompetisi juga ditunjukkan cabang olahraga lainnya yang bisa mengikuti dan menggelar event tanpa menghadirkan secara fisik atlet dalam satu arena dengan memanfaatkan kecangihan informasi tehnologi (IT) dilakukan secara virtual.
Desain event secara virtual inipun umumnya juga bisa digelar untuk nomor peragaan dalam olahraga beladiri diantaranya kempo, karate, taewondo, silat. Termasuk olahraga terukur diantarannya atletik, renang, panahan, balap motor dan petanque
Seperti lima kensi Aceh ambil bagian pada kejuaraan nasional (Kejurnas) tandoku virtual Shironji Kempo yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informasi serta seluruh balai monitoring (Balmon) frekuensi radio, 13 – 14 Agustus 2020.
Sekretaris Umum Pengurus Provinsi Persatuan Shironji Kempo Indonesia
(Pengprov Perkemi) Aceh, Ahyar Daut, ST menjelaskan, Kejuaraan tersebut diselenggarakan PB Perkemi dengan dukungan penuh dari Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo) RI.
Ia juga menyebutkan kejuaraan nasional secara virtual yang memperebutkan Piala Menteri Kominfo ini juga didukungan dengan jaringan internet 10 MBPS dari Telkom atau setara dengan 1:1
Dalam event virtual ini, Ahyar menyebutkan, penampilan atlet sudah bagus, namun sedikit masalah di IT, sehingga gagal menjuarai turnamen tersebut.
Dalam cabang petanque, sejumlah atlet petanque (lempar bola besi) Aceh mengikuti kejuaraan dunia di Iran secara virtual dengan menggunakan video beberapa waktu lalu berhasil meraih juara di sejumlah nomor.
Atlet panahan Aceh mengikuti Seleknas SEA Games secara virtual di lapangan panahan komplek Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, 20 – 21 Oktober 2020. Foto : posaceh.com/Ist
Begitu juga pada cabang panahan, tiga atlet Aceh terdiri dari dua putra yaitu Dhia Rahmad nomor atau divisi recurve, Muhammad Mondir divisi compound dan seorang pemanah putri yakni Munawarah divisi compound dipanggil PB Perpani mengikuti seleksi nasional (Sekeknas) SEA Games dilakukan secara virtual 20-21 Oktober 2020.
Ketua Umum Pengprov Perpani Aceh, Dr Nyak Amir, M.Pd yang juga Sekretaris Jenderal PB Perpani ini mengatakan, setelah menyiapkan perangkat IT secara maksimal, para atlet Aceh bisa mengikuti Seleknas secara virtual di lapangan panahan komplek Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh.
Kecuali itu, sebutnya, Perpani Aceh juga mempersiapkan delapan atlet untuk mengikuti PON Papua melalui Pelatda yang dibiayai KONI Aceh. Para atlet dalam menjalani latihan selama ini dalam Pelatda sentralisasi tetap mengikuti protokol kesehatan cegah Covid-19.
“Selama pandemi, kita intruksikan kegiatan latihan harus mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah yakni mengatur jarak, hindari kerumunan (keramaian), menggunakan hand sanitizer dan masker,” ujarnya.
“Alhamdulillah, selama masa pandemi ini atlet tetap latihan. Sesuai instruksi KONI Aceh, para atlet sempat latihan di rumah masing-masing dan di tempat penginapan selama sebulan, 17 Maret – 17 April 2020,” ujarnya.
Diakuinya, performa para atlet sangat dijaga. “Walaupun situasi pandemi covid, istirahat berlatih tidak boleh melebihi 48 jam, karena akan terjadi penurunan kemajuan yang telah dicapai,” kata doktor di bidang olahraga ini.
Atlet dayung Aceh sedang menjalani Pelatda PON. Foto : Ist.
Begitu juga Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Dayung Seluruh Indonesia (Pengprov Podsi) Aceh, Sulaiman Badai menyebutkan, para atletnya semangat dan serius berlatih, meski di tengah badai corona. “Pelaksanaan kegiatan latihan tetap memperhatikan dan mengikuti protokol cegah Covid-19”, katanya.
Event Virtual Cabor Permainan
Cabang olahraga kategori permainan juga ada yang bisa melakukan latihan maupun turnamen virtual, diantaranya seperti catur dan bridge.
Menggunakan aplikasi turnamen yang tersedia di internet, turnamen catur online cukup banyak dan marak digelar oleh organisasi olahraga pikir ini, berbagai klub dan komunitas catur.
Kejuaraan catur online yang durasinya hanya sekitar satu hingga tiga jam selesai, justru hampir setiap hari ada pagelarannya.
Ketua Pengprov Percasi Aceh, Aldin NL mengatakan, kegiatan latihan dan pertandingan selama pandemi Covid-19 ini dilakukan para pecatur secara virtual.
Diagram suatu pertandingan turnamen catur Online. Catur suatu Cabor kategori permainan, bisa dimainkan pertandingan dan turnamennya secara virtual, biasa disebut catur online dengan menggunakan aplikasi yang tersedia di internet. Diagram:Internet
“Selama pandemi, kegiatan latihan dan turnamen catur hampir tidak ada digelar seperti biasanya atlet hadir secara fisik di arena, namun dilakukan secara virtual atau turnamen catur online,” ujarnya.
Sebutnya, turnamen catur online justru ramai dilaksanakan selama pandemi. Pengprov Percasi Aceh juga ada membuat turnamen online, bahkan PB Percasi menggelarnya secara rutin setiap bulan.
“Melalui turnamen online ini, para pecatur tetap bisa berlatih dan mengasah kemampuannya untuk meningkatkan prestasi,” katanya.
Tanpa Penonton
Gelaran event, kompetisi atau liga cabang olahraga populer yang selalu mengundang banyak penonton yakni sepakbola,selama pandemi liga-liga dan pertandingan yang digelar di sejumlah negara didesain tanpa penonton.
Kendati begitu, para penggemar si kulit bundar, termasuk di Aceh tetap bisa menyaksikan permainan apik pesepakbola pada pertandingan liga sejumlah negara melalui tayangan televisi maupun youtube.
Pola Pemusatan Latihan Masa Pandemi
Meski di tengah badai virus corona, sebanyak 131 atlet Aceh dari 25 cabang olahraga tetap bersemangat menjalani pemusatan latihan daerah (Pelatda) dan bertekad meraih prestasi terbaik di PON XX yang akan digelar di Papua Oktober 2021.
Pelatda yang dilaksanakan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh dan sudah berjalan hampir setahun ini, polanya dibuat sesuai dengan suasana dan kondisi Covid, sehingga bisa mengikuti Prokes.
Bahkan semua atlet yang akan menjalani Pelatda desentralisasi dan sentralisasi terlebih dulu dilakukan rapit test dan test swab
“Dari rapid test dan test swab atlet, Alhamdulillah semuanya negatif. Test tersebut dilakukan bagian dari penerapan protokol kesehatan dalam setiap aktivitas saat ini,” ujar Ketua Umum KONI Aceh H.Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem
Mualem juga menginstruksikan kepada jajaran pengurus, atlet, pelatih, official dan tim pendamping Pelatda KONI Aceh agar benar-benar menerapkan Prokes sebagaimana yang telah ditetapkan pemerintah.
“Dalam kondisi seperti saat ini kita harus ketat dalam menjaga diri agar terhidar dari penularan Covid-19. Khusus kepada para atlet dan pelatih, juga tetap harus melaksanakan latihan dengan mengedepankan protokol kesehatan,” ujarnya.
KONI Aceh, katanya, masih tetap dibebankan tanggungjawab untuk menjaga kondisi para atlet dan pelatih agar prestasi yang telah diraih sebelumnya di ajang Pra-PON dan Porwil 2019 dapat terus ditingkatkan pada PON XX/2021 di Papua.
Jelang rapid test dan test Swab atlet Pelatda PON Aceh di Sekretariat KONI Aceh, Banda Aceh. Foto : Ist
Menjelang penghujung 2020 ini, para atlet sedang menjalani Pelatda tahap Sentralisasi dan tetap mengikuti Prokes.
Sekretaris Umum KONI Aceh, M Nasir Syamaun, SIP, MPA kepada media Pos Aceh beberapa waktu lalu mengatakan, sejak Februari 2020 para atlet mulai menjalani Pelatda Desentralisasi yang dilakukan Pengurus Provinsi (Pengprov) cabang olahraga, dengan pola latihan mandiri di rumah di daerah masing-masing.
M Nasir menyebutkan, pelaksanaan program Pelatda Desentralisasi yang telah berjalan selama ini mematuhi dan mengikuti protokol kesehatan dalam masa tanggap darurat.
Disebutkannya, dalam menyikapi masa tanggap darurat Covid-19, sebelumnya sudah diterbitkan juga protokol untuk masyarakat olahraga dari Menteri Pemuda dan Olahraga, (Menpora) yang mengikuti protokol kesehatan cegah virus corona dari Menteri Kesehatan (Menkes) RI.
Merujuk protokol tersebut, katanya, saat itu pelaksanaan Pelatda Desentralisasi diarahkan untuk menghentikan latihan bersama, namun wajib berlatih di rumah masing-masing.
Sesuai pemantauan KONI Aceh, para atlet tetap semangat dan telah menjalani latihan mandiri di rumah masing-masing. Latihan selalu dalam pantauan pelatih, pendamping cabang olahraga dan tim medis dari KONI Aceh.
Disebutkan, para atlet meski latihan mandiri di rumah masing-masing, tetap sesuai dengan program serta menu latihan yang telah dibuat pelatih, serta selalu saling komunikasi dan konsultasi antara atlet, pelatih, pendamping, tim medis secara langsung maupun virtual.
Dalam kegiatan latihan mandiri, para atlet tetap memperhatikan dan mengikuti penerapan physical distancing dan social distancing – jaga jarak serta menghindari kerumunan.
Katanya, Pelatda sentralisasi yang dimulai 18 April 2020 dan saat ini sedang berlangsung tetap mengikuti dan memperhatikan Prokes
Karena itu, jelasnya, KONI Aceh menetapkan Pelatda dilaksanakan Pengprov cabang olahraga masing-masing dengan ketentuan Pengprov yang atletnya lebih dari lima orang harus dijadikan dua kelompok latihan.
“Begitu juga akomodasi dan tempat latihannya dipisah, untuk menghindari terlalu ramai dan menumpuk atlet serta resiko,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sebagian besar atlet menjalani Pelatda sentralisasi di Banda Aceh, ada juga cabang olahraga yang Pelatda atletnya kabupaten/kota lainnya di Provinsi Aceh, seperti satu diantaranya sepakbola di Lhokseumawe, lalu berpindah ke Langsa.
“KONI Aceh tetap komit mengikuti berbagai protokol pencegahan Covid-19 dalam melaksanakan program Pelatda Sentralisasi terhadap atlet Aceh menghadapi PON Papua,” ujarnya.
Karena itulah, sebutnya, KONI Aceh telah menyusun pola serta mekanisme yang tepat dan sesuai untuk pelaksanaan Pelatda Sentralisasi. “Kita dalam pelaksanaaan Pelatda ini tetap bekerjasama dengan Pengprov masing-masing cabang olahraga,” katanya.
“Kita mengusung tekad dan target meraih prestasi di PON XX Papua melebihi di PON XIX/2016 Jawa Barat,” ujar M Nasir.
Seperti diketahui, dalam menghadapi PON Papua, Aceh mempersiapkan atlet melalui Pelatda Desentralisasi dan Sentralisasi. Para atlet tersebut hasil lolos dari Prakulifikasi PON (Pra PON) pada 2019 dan Porwil X Sumatera di Bengkulu,Oktober 2019.
Tetap mengikuti protokol kesehatan, sisihkan pandemi Covid,sehingga tidak menjadi penghalang untuk meraih prestasi.Semoga.