ArtikelDaerah

Tingkatkan Kapasitas SDM Penanganan Pasca Bencana, Melalui Inovasi Tanggap BPBD Banda Aceh Gelar Pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana

179
×

Tingkatkan Kapasitas SDM Penanganan Pasca Bencana, Melalui Inovasi Tanggap BPBD Banda Aceh Gelar Pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana

Sebarkan artikel ini
Kalaksa BPBD Banda Aceh, Teuku Syahluna Polem, menyampaikan kata sambutan pada pembukaan Pelatihan Pengkajin Kebutuhan Pasca bencana di kawasan Ulee Lheu, Banda Aceh, Minggu (27/10/2024). FOTO/DOK BPBD BANDA ACEH

posaceh.com, Banda Aceh – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melalui Tim Tanggap menggelar pelatihan untuk tim tanggap dan utusan dari masing-masing kecamatan di Kota Banda Aceh. Pelatihan itu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), khususnya personel BPBD dan Relawan Kecamatan, untuk menganalisis dan menyusun kebijakan, program, kebutuhan pascabencana.

Kepala BPBD Banda Aceh, Teuku Syahluna Polem, mengatakan, pelatihan ini dapat meningkatkan kemampuan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlandaskan pada informasi dan data yang akurat, dalam bentuk Dokumen Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana yang lebih baik, lebih aman dan berkelanjutan.

“Beberapa waktu lalu saat terjadi angin kencang, banyak sekali pohon tumbang, kejadian tersebut tidak terlepas dari letak geografis Kota Banda Aceh yang sangat dekat dan berbagi ancaman bencana alam seperti gempa bumi tsunami cuaca ekstrim angin kencang, jadi pelatihan ini penting sebagai bekal bagi kita untuk menangani bencana yang terjadi,” katanya, Minggu (27/10/2024).

Ketua Panitia, Yusnidar SSi menyampaikan kata sambutan pada pembukaan pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana di kawasan Ulee Lheu, Banda Aceh, Minggu (27/10/2024). FOTO/DOK BPBD BANDA ACEH

Bahkan, menurut Syahluna, ada penelitian yang menyebutkan bahwa Kota Banda Aceh juga terdapat potensi terjadi bencana besar.

“Oleh karena itu, pelatihan ini menjadi langkah meningkatkan pemahaman serta kemampuan kita dalam melakukan kajian cepat dan komprehensif terhadap kebutuhan masyarakat pasca bencana. Pengkajian ini merupakan langkah krusial yang menentukan arah dan bentuk bantuan yang tepat dan efektif bagi para korban serta dalam upaya pemulihan daerah yang berdampak,” terangnya.

Syahluna menuturkan, kegiatan itu dihadiri oleh berbagai elemen yang berperan penting dalam penanganan bencana termasuk perwakilan dari pemerintah daerah, Camat sekota Banda Aceh, Basarnas, RAPI, Forum-PRB, PMI,  organisasi kemasyarakatan, relawan dari kecamatan  serta instansi terkait.

“Saya juga sangat mengapresiasi kehadiran para narasumber yang kompeten di bidang ini. Narasumber yang hadir akan memberikan pandangan ilmu pengalaman kepada kita semua, semoga kegiatan ini dapat memperkuat koordinasi dan sinergi antar semua pihak terkait dalam menghadapi dan menangani korban pasca bencana,” terangnya.

“Saya yakin dengan kerjasama yang baik kita bisa memberikan respon yang lebih cepat tepat dan efektif bagi masyarakat dan terkena dampak bencana. Terima kasih buat seluruh peserta yang mengikuti kegiatan ini, saya mengapresiasi semangat dan dedikasi untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan dengan memahami metodologi pengkajian kebutuhan pasca bencana kita akan lebih siap untuk merespon bencana secara cepat,” sambung Syahluna.

Ia juga berharap apa yang didapatkan dalam pelatihan ini dapat langsung diimplementasikan, karena ilmu yang didapatkan diperlukan dan menjadi bagian penting dalam upaya memperkuat ketangguhan daerah terhadap berbagai ancaman bencana.

“Mungkin dalam bulan-bulan ini kita telah merasakan bagaimana dampak angin kencang. Selama saya sebagai kepala BPBD Banda Aceh banyak terjadi berbagai ancaman bencana, salah satunya adalah air pasang dan tumbangnya batang-batang kayu akibat angin kencang inilah yang selalu kita pantau secara terus menerus,” ujar Kalaksa BPBD Banda Aceh.

Syahluna juga mengharapkan Pemko Banda Aceh, memerhatikan pohon-pohon besar yang ada diseputar kawasan Pango.

“Kalau bisa Pak jalan menuju Politeknik Aceh itu dapat dibersihkan, karena disana itu banyak sekali batang-batang yang sudah tinggi. Pohon tua yang tinggi itu sangat rawan tumbang, demi menjaga keselamatan kita semua sebaiknya itu menjadi fokus kita bersama,” kata Syahluna.

Sementara itu, Ketua Panitia, Yusnidar SSi, mengatakan, dasar hukum pelaksanaan pelatihan pengkajian kebutuhan pasca bencana ialah, peraturan Walikota nomor 65 tahun 2016 tentang susunan kedudukan tugas fungsi kewenangan dan tata kerja BPBD Kota Banda Aceh,” ujarnya.

Bencana datang tanpa bisa diprediksi, namun respon yang efektif dan tepat sasaran dapat direncanakan. Dalam rangka mewujudkan ketangguhan Kota Banda Aceh dalam menghadapi bencana, kami hadir dengan inovasi TANGGAP yakni suatu pendekatan adaptif dan progresif untuk tata kelola pengkajian pasca bencana.

Melalui strategi ini BPBD tidak hanya memperkuat kapabilitas internal dalam pengkajian kebutuhan pasca bencana, tetapi juga membangun jaringan kerja yang solid antara pemerintah, relawan, dan masyarakat setempat.

“Tujuannya adalah memastikan bahwa kebutuhan masyarakat terdampak dapat teridentifikasi secara tepat waktu, dengan langkah pemulihan yang efektif dan berkelanjutan,” kata Yusnidar

Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih inkulusif berbasis TANGGAP tidak hanya menjadi solusi dalam jangka pendek, tetapi juga meletakkan dasar untuk respons bencana yang lebih efisien dimasa depan.

“Melalui pelatihan terarah dan terstruktur, kami melibatkan berbagai pemangku kepentingan bersama-sama menciptakan sistem yang tangguh, resposnsif dan selalu siap dalam menghadapi tantangan bencana,” terangnya.

Yusnidar menuturkan, tujuan dari pelatihan itu, meningkatkan kemampuan pengkajian kebutuhan. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan tim BPBD dan relawan kecamatan dalam melakukan penilaian cepat dan pengumpulan data mengenai kebutuhan mendesak dan jangka panjang masyarakat terdampak bencana.

“Memastikan bahwa pengkajian kebutuhan dilakukan secara sistematis, akurat, dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan dalam penanganan dan pemulihan pasca bencana,” ujarnya.

Selain itu, tujuan lainnya ialah memperkuat koordinasi dan kolaborasi. Membangun koordinasi yang lebih baik antara BPBD dan relawan kecamatan dalam proses pengkajian kebutuhan, sehingga respons terhadap bencana dapat dilakukan dengan lebih efektif dan terorganisir.

“Mendorong kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan di tingkat lokal, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga terkait,” ucapnya.

Tujuan lainnya, ialah mempersiapkan respon yang cepat dan efektif. Mempercepat respons tim tanggap darurat dengan melibatkan relawan yang memiliki keterampilan pengkajian kebutuhan pasca bencana, sehingga dapat memberikan informasi yang relevan dan mendesak terkait bantuan yang dibutuhkan. Mengurangi potensi kesalahan dalam pendataan dan distribusi bantuan, dengan mengajarkan teknik-teknik pengumpulan dan analisis data yang sesuai.

“ Tidak hanya itu, pelatihan itu juga memperkuat kesiapsiagaan dan mitigasi di tingkat lokal. Meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan tim BPBD dan relawan kecamatan dalam menghadapi berbagai jenis bencana, serta memperkuat kemampuan dalam mitigasi dan pemulihan. Menciptakan masyarakat yang lebih tangguh dalam menghadapi bencana, di mana relawan yang terlatih dapat berperan aktif dalam membantu komunitasnya sebelum, selama, dan setelah bencana,” terangnya.

Pada sisi lain, pelatihan itu mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya manusia dan material dalam fase tanggap darurat dan pemulihan, dengan memastikan penyaluran bantuan berdasarkan data kebutuhan yang akurat. Mengurangi ketergantungan pada bantuan eksternal dengan memperkuat kemampuan internal BPBD dan relawan dalam merespons situasi darurat.

“Pelatihan itu juga memiliki tujuan memperkuat komunikasi dan pelaporan. Meningkatkan keterampilan peserta dalam mengkomunikasikan hasil pengkajian secara tepat kepada pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga donor, dan masyarakat. Membangun sistem pelaporan yang jelas dan efektif untuk memastikan informasi terkait kebutuhan pasca bencana dapat diakses dan dimanfaatkan secara optimal,” pungkasnya. (AMZ)