Artikel

Siapakah Raja Pertama Meukek?

294
×

Siapakah Raja Pertama Meukek?

Sebarkan artikel ini
Muhammad Syarif, S.HI, MH., putra kelahiran Meukek, Aceh Selatan. (Foto: Dok. Pribadi)

Oleh Bung Syarif*

Jika ditanya orang, siapakah raja pertama Meukek? Maka tentu tidak ada data konkret yang pasti. Konon katanya Warga Meukek berasal dari keturunan Nakhoda Kapal Arab, tidak jelas nama aslinya. Beliau bermukim di Meukek dari keturunan Arab dan menjadi raja di sana. Ada yang mengatakan Raja Itam, raja pertama. Ada juga versi yang lain menyebut Teuku Banta Lam Ara, raja pertama Meukek.

Hal itu tentunya perlu dilakukan kajian lebih dalam, bagi peminat sejarah. Alasan ini mendorong Warga Meukek yang bermukim di Banda Aceh-Aceh Besar, yang tergabung dalam Paguyuban “Kaoem Meukek Sepakat”, pada 19 Juni 2017 melakukan Launching Silsilah Warga Meukek Bansigoem Donya.

Kegiatan yang berlangsung di Hotel Aceh Barat, Banda Aceh itu dikupas oleh dua narasumber yang luar biasa yaitu Prof Dr Jasman Makruf MBA dan Dr Ir Muhyan Yunan M.Sc, dua orang tokoh Meukek yang sukses di dunia profesinya. Yang satu mantan Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh dan satunya lagi mantan pejabat tingi di Pemerintah Aceh.

Tambo silsilah warga Meukek dikupas dengan terang benderang pada kegiatan itu. Tentu kami hanyut dalam alam imajiner kedua tokoh ini. Setidaknya mereka telah memulai mencari silsilah Raja Meukek dan Keluarga Meukek. Dan ternyata kami berada di jalur keturunan Raja ke-27, entah ya atau tidak, itulah hasil silsilah yang sempat kami catat kala itu.

Menurut cerita Alm T Mahyiddin S, mantan Camat Meukek yang diriwayatkan dari Kakek beliau Alm TR Tjut, mantan Zulfbesturder Meukek, bahwa orang-orang yang mula-mula bertempat tinggal di Gampong Labuhan Tarok adalah kabilah yang berasal dari Aceh Rayeuk yang dipimpin oleh Teuku Banta Lam Ara.

Sewaktu mereka mula tiba dengan perahu layar, berlabuhlah di sebuah teluk yang di muka teluk tersebut tumbuh sebatang kayu besar yang bernama batang tarok, sehingga oleh pendatang tersebut diberilah nama tempat itu dengan Lhok Tarok, agar mudah untuk diingat yang pada akhirnya berubah menjadi Labuhan Tarok hingga sekarang ini.

Sedangkan Gampong Labuhan Tarok saat rombongan Teuku Banta Lam Ara tiba, sama sekali belum berpenghuni, masih merupakan hutan belantara. Dengan kata lain, rombongan Teuku Banta Lam Ara inilah penduduk Labuhan Tarok yang pertama, dimana pusat pemerintahannya adalah Keude Meukek di Kutabuloh I dan II, hingga akhirnya dinobatkan sebagai raja pertama oleh Warga Meukek.

Banta Lam Ara kemudian pulang kembali ke Aceh Rayeuk. Beliau kemudian mengajak sanak familinya sebagai rombongan kedua yang dipimpin oleh Teuku Cadek guna melanjutkan usaha Teuku Banta Lam Ara, seperti usaha persawahan, perkebunan lada, pala, cengkeh dan rempah-rempah yang telah dirintis oleh Teuku Banta Lam Ara.

Teuku Cadek pulang ke Aceh Rayeuk, datang pula adiknya bernama Teuku Teungoh untuk melanjutkan usaha perkebunan/persawahan di Labuhan Tarok serta beliau kawin dan meninggal di Labuhan Tarok, Kecamatan Meukek, sehingga mempunyai keturunan-keturunan sampai sekarang ini.

Pada waktu Teuku Teungoh inilah Gampong Labuhan Tarok mengatur pemerintahan sendiri (Otonomi), yang menjadi pimpinan pemerintahan adalah beliau sendiri yang digelar Raja atau Teuku dengan membawahi lima buah seuneubok yang berlokasi dalam Kemukiman Ujong sekarang ini.

Pada Gampong Labuhan Tarok tersebut di atas mempunyai dua kubu pertahanan yang kuat yang dinamai Madat atau Kuta. Satu buah terletak di Gunung Beude, arah Selatan pusat Gampong Labuhan Tarok dan satu lagi berada di muka Pelabuhan Gampong Labuhan atau di depan Batang Seuleumak yang sudah tumbang.

Bukti autentiknya masih ada sekarang ini, dua buah Madat atau Kuta tersebut yang dilengkapi dengan alat-alat perang yang sangat modern pada saat itu seperti bedil Kemurah, Senampang meudapu, dan meriam-meriam besar keluaran Prancis dan Turki, di samping alat-alat perang lainnya.

Pada awal pemerintahan Kolonial Belanda di Pantai Barat Aceh di Gampong Labuhan Tarok diangkatlah seorang Uleebalang bernama Teuku Nyak Raja, yaitu anak dari Teuku Teungoh. Ia menyusun struktur gampong dengan mengangkat seorang keuchik, seorang panglima, seorang keujrun blang, seorang petua Seuneubok, dan seorang bendahara,

Mereka yang dipercayakan untuk memangku jabatan tersebut ketika itu masing-masing adalah Keuchik Nyak Adam, Panglima Makden, Keujruen Mahmud, Petua Said, dan Toke Nyak Bungsu selaku Bendaharawan Gampong.

Pemerintahan Teuku Nyak Raja berakhir sewaktu pecahnya Perang Dunia II (1939-1945), dengan masuknya Jepang ke Aceh. Pada awal pemerintahan jajahan Jepang tahun 1942, Gampong Labuhan Tarok diperintah oleh seorang Komico atau Keuchik.

Kecamatan Meukek diapit oleh gunung dan laut. Suasana alamnya asri. Panoramanya indah dan mempesona dan banyak melahirkan tokoh besar. Ada yang menjadi bupati, Wakil Gubernur Aceh, Rektor Universitas dan berbagai tokoh penting lainnya.

* Penulis adalah warga Meukek yang berkhidmat sebagai ASN di Kota Banda Aceh, Pengurus ICMI Kota Banda Aceh Periode 2024-2029, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, dan Ketua Komite Dayah Terpadu Inshafuddin Banda Aceh.