Opini

Prof. Ir. Sugianto., M.Sc., Ph.D Dikukuhkan Jadi Guru Besar Universitas Syiah Kuala

1853
Profesor Ir. Sugianto., M.Sc., Ph.D. Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala (USK)

Profesor Ir. Sugianto., M.Sc., Ph.D. akan dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala (USK) pada Rabu 20 September 2023 dalam bidang Ilmu Tanah dengan konsentarsi yang masih sedikit yang menekuni, yaitu Kajian Pemanfaatan Teknologi Geospasial. Pengukuhan ini akan diselenggarakan, bersama empat Guru Besar USK lainnya, oleh Rektor USK Prof. Dr. Ir. Marwan, yang akan dipimpin oleh Ketua Senat Akademik USK, Prof Dr. Ir. Abu Bakar Karim., MS., di Gedung AAC Dayan Dawood, Darussalam, Banda Aceh.

Prof. Sugianto lahir di Tambunan, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dari Bapak dan Ibu yang berasal dari Yogyakarta dan Jawa Timur dan memiliki tujuh saudara kandung. Pada masa kecilnya, karena dorongan untuk mengembangkan ekonomi keluarganya, orangtuanya memutuskan untuk pindah ke Alue Ie Mirah, Julok, Aceh Timur, setelah membeli beberapa petak lahan perkebunan berdampingan dengan lahan perkebunan milik negara di daerah tersebut. Terinspirasi oleh usaha keluarganya yang berada di lingkungan PT. Perkebunan Nusantara I (Persero), tumbuhlah cita-cita masa kecilnya untuk menjadi seorang Kepala Administrasi Kebun. Hal ini memberikan dorongan kepada Prof. Sugianto untuk tetap gigih dalam mengejar cita-citanya melaui pendidikan, meskipun situasi ekonomi daerah itu cukup sulit pada masa itu. Bahkan, banyak teman sebayanya yang terpaksa putus sekolah untuk membantu ekonomi keluarganya.

Setelah menyelesaikan SMP di Julok Rayeuk, Prof. Sugianto mengikuti kakaknya, Supiani, yang menetap di kota Limapuluh, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, dengan tujuan untuk melanjutkan pendidikannya ke SMA Negeri I Perdagangan (Sekarang menjadi SMA 1 Bandar).

Setamat SMA, Prof. Sugianto lulus tanpa test melaui jalur penerimaan Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) ke Fakultas Pertanian USK. Akan tetapi perekonomian keluarganya juga masih sangat sulit saat itu untuk bisa membiayai pendidikannya secara penuh, oleh sebab itu Prof. Sugianto berusaha untuk berkerja paruh waktu sambil kuliah dan selalu menghabiskan masa liburan kuliahnya untuk bekerja di perkebunan keluarganya, seperti di perkebunan milik abangnya, Samin, untuk dapat mengumpulkan uang untuk menutupi biaya hidupnya di Banda Aceh.

Teman-teman dekatnya juga ikut membantu, seperti sahabat karibnya Almarhum Ahkyar Nurdin yang mengajak Profesor Sugianto untuk tinggal di rumahnya dengan kompensasi sedikit mebantu usaha orang tuanya. Berkat bantuan dari banyak pihak, Prof. Sugianto dapat terus melanjutkan studinya di USK sampai selesai.

Situasi sulit yang dialami beliau sedikit demi sedikit berangsur membaik diakhir-akhir masa perkuliahannya.

Pada dua semester terakhir, Prof. Sugianto mendapat beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID) dengan perjanjian setelah tamat akan menjadi dosen di USK. Sekalipun hal ini bertolak-belakang dengan cita-cita masa kecilnya untuk menjadi manajer perkebunan, tetapi kecintaannya pada dunia akademik yang mulai tumbuh, memantapkan dirinya untuk menjadi seorang akademisi. Di beberapa semester terakhir, Profesor Sugianto, juga mendapat pekerjaan paruh waktu di kampus USK, seperti menjadi asisten Laboratorium Biokimia di Laboratorium Ilmu Pengelathuan Alam, USK pada periode 1986-1990 dan turut serta dalam beberapa proyek dosen seperti di penelitian dosen dan proyek pembinaan transmigrasi di Patek, Aceh Jaya yang direkomendasikan oleh Prof. Abdi A. Wahab.

Setelah mendapat gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, USK tahun 1991, Profesor Sugianto, setelah melalui proses yang panjang dan tidak mudah, akhirnya diterima secara penuh sebagai Dosen pada almamaternya. Berikutnya, Profesor Sugianto mendapat kesempatan untuk mengikuti program intensif Bahasa Inggris di Lembaga Bahasa, USK untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Profesor Sugianto akhirnya berhasil mendapatkan beasiswa Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) tahun 1994 untuk mengikuti bridging course di University of Western Australia (UWA) dan Post Graduate Diploma dan selanjutnya Master of Science di Curtin University, Western Australia tahun 1995-1997. Selang beberapa tahun setelah mengabdi kembali sebagai dosen di USK setelah lulus dari program master, pada tahun 2001, Profesor Sugianto berhasil memperoleh beasiswa AUSAID (sekarang dikenal dengan Australian Awards) untuk melanjutkan program Doktor dari University of New South Wales dan lulus pada tahun 2005.

Profesor Sugianto menikahi Ibu Zuraida., SE., MBA, Ph.D., dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, USK yang dikenalnya semasa mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Nisam, Aceh Utara. Sebagai istri yang juga seorang akademisi, Ibu Zuraida banyak memberi inspirasi, dorongan, dukungan dan pengorbanan dalam perjalanan karir Profesor Sugianto dan begitu juga sebaliknya.

Perkawinan ini dikarunia dua orang putra/putri berprestasi yaitu: Veneza Aulia Sugianto, lulusan Cum Laude dari Fakultas Tehnik USK dan Post-Graduate Diploma dari University of Sydney, Australia dan Septian Razi Sugianto, lulusan first degree honors dari Australian National University, Canberra, Australia dan sekarang sebagai mahasiswa master program di University of Eastern Finland.

Prof. Sugianto dalam karirnya pernah dipercayakan sebagai Sekretaris Pascasarjana USK 2007-2010; Asisten Direktur Bidang Kerjasama 2010-2014, Wakil Direktur Bidang Akademik Juli-Desember 2014 dan Wakil Direktur bidang Kerjasama dan Pengembangan 2014-2017. Berkat usaha yang dirintis bersama tim selama menjabat di beberapa periode tersebut di Pascasarjana USK, Profesor Sugianto telah ikut berkontribusi dalam menginisiasi, merintis, dan melaksanakan sejumlah proyek kerjasama baik pada level regional, nasional maupun international di USK.

Profesor Sugianto juga dipercayakan menjadi sekretaris pertama (dan terakhir) Dewan Pengawas Badan Layanan Umum USK, 2019-2023. Dan saat ini, selain melaksanakan tugas-tugas akademik seperti mengajar, membimbing dan meneliti, Profesor Sugianto juga menjabat sebagai ketua jurusan IImu Tanah, Fakultas Pertanian USK. Dalam 10 tahun terakhir, Profesor Sugianto juga mengemban tugas tambahan akademik lain sebagai Chief Editor Aceh International Journal of Science and Technology (AJST). AJST adalah jurnal bereputasi nasional yang telah terakreditasi Sinta 2 (https://jurnal.usk.ac.id/AIJST).

Selain perannya di USK, Profesor Sugianto pernah menjadi Konsultan Nasional untuk Food and Agriculture Organization (FAO) pada periode 2006-2008 dalam upaya rekonstruksi di Aceh pasca Tsunami 2004. Selanjutnya, Profesor Sugianto juga aktif dalam memberi kontribsi tekhnis kepada Pemda Aceh seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi Aceh, Bappeda Gayo Lues, Aceh Tengah, Nagan Raya dan Aceh Jaya yang antara lain terkait dengan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) daerah, Masterplan Pengembangan kawasan, dll.

Diluar kegiatan akademik dan professional tersebut, Profesor Sugianto juga terus berusaha menjaga silaturrahmi dengan teman-teman seangkatan baik di bangku kuliah maupun SMA serta terlibat aktif dalam kepanitiaan dan kepengurusan organisasi alumni. Sebagai lulusan dari tiga universitas terkemuka di Australia, Profesor Sugianto juga tergabung dalam perkumpulan alumni Australia atau Aceh Australian Alumni.

Profesor Sugianto senang menghabiskan waktu senggangnya di kebun belakang rumahnya, bersama kucing-kucing kesayangannya atau sekedar bernyanyi di aplikasi lagu sambil bersantai di rumah. Profesor Sugianto adalah sosok yang tenang, cenderung bekerja sesuai ritme pribadinya tanpa berusaha memaksakan diri, sejalan dengan moto hidupnya “Contribute within your limits” atau “Berbuatlah sesuai dengan kemampuanmu.

Selain kualifikasi dan kualitas pribadinya, Profesor Sugianto menyatakan bahwa, doa, dukungan, dan bantuan dari keluarga besarnya, teman-teman sejawat, para senior bahkan dari kolaborasi dengan mahasiswa dan alumni yang pernah dibimbingnya, merupakan bagian integral dalam perjalanan karirnya yang memungkinkannya mencapai professorship seperti saat ini.

Pesan yang bisa kita ambil dari cerita Profesor Sugianto ini adalah pentingnya berkontribusi, seberapa pun kecilnya, karena kontribusi tersebut bisa memiliki dampak besar dalam mengubah kehidupan seseorang (Banda Aceh 12/9/2023).(**)

Exit mobile version