News

Agama Jadi Faktor Keterpilihan dalam Pilpres dan Pileg 2024? Ini Penjelasan Saiful Mujani

1530
×

Agama Jadi Faktor Keterpilihan dalam Pilpres dan Pileg 2024? Ini Penjelasan Saiful Mujani

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi

posaceh.com, Jakarta – Analis Politik sekaligus pendiri Saiful Mujani Research and Consulting, Saiful Mujani mengatakan posisi agama ikut menentukan pemilih dalam pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg) mendatang.

Saiful menilai sudah menjadi semacam keyakinan umum di masyarakat agama begitu penting mempengaruhi perilaku politik warga.

“Bahkan, ada yang menganggap agama adalah yang terpenting dari semua faktor yang bisa mempengaruhi perilaku warga dalam pemilihan umum,” kata dia, dalam kesimpulan studi yang bertajuk ”Agama Penting bagi Pemilih di Pilpres?” Kamis, (13/10/2022).

Saiful merujuk hasil observasinya dua tahun terakhir (2021–2022), di mana SMRC memiliki serangkaian hasil survei nasional yang digabungkan sehingga memiliki sample yang sangat besar, 8319.

Dari data ini, menunjukkan dalam pemilihan presiden, ada perbedaan signifikan secara statistik antara perilaku politik pemilih Islam dan non-Islam.

Saiful menjelaskan, perbedaan yang signifikan secara statistik artinya adanya perbedaan itu penting atau riil ada di masyarakat. Proporsi warga yang beragama Islam sekitar 87,5 persen dan yang beragama selain Islam sekitar 12,5 persen.

“Data survei SMRC dua tahun terakhir menunjukkan orang Islam cenderung memilih Anies Baswedan dibanding pemilih non-Muslim. Ada 24 persen dari total pemilih Muslim yang mendukung Anies Baswedan, sementara yang non-Muslim hanya 17 persen,” paparnya.

“Perbedaan 24 dan 17 persen itu sangat signifikan, tidak bisa diabaikan,” jelas Saiful menambahkan.

Hal yang sama terjadi pada Prabowo Subianto. Dia menguraikan, setidaknya ada 33 persen pemilih Muslim yang memilih Prabowo Subianto dan yang non-Muslim 23 persen. Sementara pada Ganjar Pranowo, selisih proporsi pemilih Muslim dan non-Muslim yang mendukungnya kecil bahkan ada kecenderungan proporsi pemilih non-Muslim lebih besar dibanding yang Muslim.

“Ini menunjukkan bahwa kecenderungan mengakomodasi pemilih dari kalangan minoritas lebih besar pada Ganjar Pranowo,” sebutnya.

Berdasarkan data ini, Saiful juga menyimpulkan bahwa agama penting dalam pemilihan presiden. Jika calonnya hanya Anies, Ganjar, dan Prabowo, pemilih non-Islam cenderung pada Ganjar.

Ada 32 persen pemilih non-Muslim yang mendukung Ganjar, Prabowo 23 persen, dan Anies 17 persen. “Di kelompok non-Muslim, pemilih Anies hanya separuh dari pemilih Ganjar,” kata Saiful.  Sementara pemilih dari kalangan Islam terdistribusi hampir merata pada semua calon. Anies mendapatkan 24 persen suara warga Muslim, Ganjar 28 persen, dan Prabowo 33 persen. Masih ada 15 persen yang belum menentukan pilihan.

“Yang membuat berbeda dan penting adalah bahwa yang non-Muslim cenderung pada Ganjar, sementara pemilih Muslim terdistribusi hampir merata pada semua calon.” jelas Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Terbukti secara empiris bahwa latar belakang agama penting dalam pemilihan presiden. Karena itu, dalam proses pencalonan presiden, faktor agama tidak bisa diabaikan.

Saiful melanjutkan bahwa populasi Islam di Indonesia sangat besar. Karena itu kalau ada calon yang tidak beragama Islam, akan sangat susah untuk mendapatkan suara.

Mengapa proporsi dukungan warga Muslim pada Anies, Ganjar, dan Prabowo tidak terlalu berbeda, karena calonnya semua beragama Islam.

Sementara itu, untuk Pileg dari pemilih partai, secara umum pemilih yang beragama Islam dan yang tidak beragama Islam juga memiliki perbedaan yang signifikan dalam menentukan pilihan partai politik. Pemilih PKB hampir semuanya beragama Islam.

“Sebanyak 10 persen pemilih Muslim mendukung PKB, yang non-Muslim hanya 1 persen. Komposisi dukungan suara PKB yang hampir semuanya dari kalangan Islam berbanding terbalik dengan PDIP. PDIP didukung 22 persen dari pemilih Muslim, yang non-Muslim 48 persen,” terangnya.

Saiful menjelaskan bahwa walaupun porporsi dukungan kalangan non-Islam pada PDIP lebih besar, tapi dukungan dari kalangan Islam juga sangat besar, yakni 22 persen dari total pemilih yang beragama Islam.

Sementara Gerindra mendapatkan dukungan 11 persen pemilih Muslim, 4 persen non-Muslim. Golkar Muslim 11 persen, non-Muslim 8 persen. Nasdem 3 persen Muslim, 6 persen non-Muslim. PKS 5 persen Muslim, 0 persen non-Muslim.

Kemudian untuk PPP 3 persen Muslim, 0 persen Non-Muslim. PAN 2 persen Muslim, 1 persen non-Muslim.

Sementara Demokrat 7 persen Muslim, 4 persen non-Muslim. Partai-partai lain mendapatkan dukungan pemilih Muslim 4 persen dan 5 persen pemilih non-Muslim.

 

“Faktor agama tidak bisa diabaikan, walaupun bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi warga dalam pilihan politik,” kata dia.  (republika.co,id)