Sebuah pohon besar seakan memayungi sejumlah makam yang berjajar rapi di tempat pemakaman umum, sebuah desa di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Menjadi istimewa ketika Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, berziarah ke tempat ini dan menuju sebuah makam yang bentuk nisannya berbeda dengan yang lain, terlihat tulisan arab yang mencolok. Itulah makam Pocut Meurah Intan. Pejuang asal Aceh yang dibuang Belanda ke Blora hingga meninggal di sana.
Makam Pocut Meurah Intan berada di desa Temurejo, sekitar 5 km arah utara alun-alun kota Blora.
Sebenarnya pada tahun 2001 Pemerintah Provinsi Aceh memang pernah berencana memindahkan jasad Pocut ke Aceh. Dikutip dari situs pemerintah kabupaten Blora, rencana pemindahan makam itu batal karena berdasarkan wasiat Pocut kepada RM Ngabehi Dono Muhammad, seorang sahabatnya, Pocut lebih suka dimakamkan di Blora.
Sebagaimana dikutip dari jatengprov.go.id, Ganjar Pranowo bersama istrinya, Siti Atiko untuk ziarah menjelang hari pahlawan ke makam Pocut Meurah Intan, Selasa (9/11/2021).
Pada momen menjelang Hari Pahlawan itu, Ganjar datang ke makam pejuang berjulukan Singa Betina itu.
Saat Ganjar datang, sejumlah orang telah ada di sana. Ada puluhan mahasiswa berbagai daerah yang tergabung dalam Persaudaraan Antar Etnis Nusantara (Perantara), dan sejumlah warga Aceh yang ada di Jateng. Rupanya mereka sejak siang berada di sana untuk melakukan kegiatan bersih makam.
Ketika menaburkan bunga ke pusara, Ganjar menyebut Pocut Meurah Intan sebagai pejuang hebat. Dari keluarga Kesultanan dan melawan Belanda sampai dikejar-kejar dan diasingkan ke Blora.
Ganjar seperti sangat terpesona dengan Pocut, esok harinya Hari Pahlawan 10 November diperingati Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, dengan menggelar upacara di Dukuh Weru, Desa Temurejo, tempat makam pahlawan dari Pidie ini.
Siapa sosok Singa Betina yang disegani Marsose ini?
Perempuan Aceh dikenal pemberani dan tidak takut bertempur, hal ini ditulis oleh H.C. Zentgraaff, sersan juru tulis Belanda, dalam buku Aceh. Bahwa tidak ada bangsa yang lebih pemberani perang serta fanatik, dibandingkan dengan bangsa Aceh; dan kaum wanita Aceh, melebihi kaum wanita bangsa bangsa lainnya, dalam keberanian dan tidak gentar mati.
Wanita-wanita Aceh, keluar dari bilik pengantinnya dengan semangat nyala api membara. Kesetiaan mereka tidak diragukan. Suatu penghidupan yang penuh rintangan dan marabahaya, di tengah ancaman sergapan-sergapan kilat oleh pasukan marsose yang melacak di mana-mana.
Pocut Meurah Intan yang terluka karena tertembak tetap saja menolak untuk diobati. Satuan elite Belanda, Marechaussee atau Marsose mengejar Pocut dengan menurunkan 18 prajurit terbaik. Tapi ini bukanlah tugas yang mudah bagi Marsose. Pasukan anti gerilya paling ditakuti ini bersusah payah memburu dan berjibaku melawannya.
Bersenjatakan sebilah rencong, Pocut menyabet satu per satu prajurit Belanda. Dia tak berhenti menyerang hingga tak bisa lagi mengayunkan senjatanya.
Pocut mengalami banyak luka di tubuhnya. Dia pun ditangkap bersama seorang anaknya, kemudian dibuang ke Blora, Jawa Tengah.
Pengasingan ke Blora
Pocut Meurah Intan, sebagaimana dikutip dari kompas, disebutkan ditangkap pada tahun 1905. Ia kemudian bersama dua anaknya yakni Tuanku Nurdin dan Tuanku Budiman, dan saudaranya tuanku Ibrahim akhirnya diasingkan ke Blora.
Pengasingan ini atas Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Mei 1905 No.24, yang membuat perjuangan Pocut dan keluarganya usai.
Pocut Meurah Intan meninggal di usia senja dalam pengasingannya di Blora, pada 20 September 1937.
Ganjar Dukung Usul Pocut Pahlawan Nasional
Ketika berkunjung ke makam beberapa waktu lalu, kepada mahasiswa Aceh, Ganjar Pranowo juga berjanji bakal memperjuangkan pejuang perempuan asal Aceh tersebut menjadi pahlawan nasional.
Begitulah pesona seorang perempuan pejuang yang gagah berani dari Aceh. Belanda menjulukinya ‘Heldhafting’ ‘yang gagah berani’. Seorang perempuan pejuang yang membuat seorang perwira Belanda, Scheuer, sengaja datang dari Jawa ke Aceh untuk menyampaikan kekaguman padanya melalui Letnan T.J Veltman, sang pimpinan Marsose yang menyergap Pocut. “Katakan kepada perempuan itu bahwa saya merasa sangat kagum kepadanya, Letnan,”.
(Hasnanda Putra)