posaceh.com, Banda Aceh – Pemko Banda Aceh bersama Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh mempromosikan ibu kota Provinsi Aceh ini di expo atau pameran dan juga karnaval di Kota Surabaya, Jawa Timur yang dilaksanakan dari 6 sampai 10 Mei 2025.
Kehadiran stan Banda Aceh dalam ajang Indonesia City Expo 2025 yang digelar di Grand City Convention Hall Surabaya menarik perhatian pengunjung. Beragam hasil kerajinan yang tergabung dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Banda Aceh dipamerkan
Pameran berskala nasional ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) VII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI). Pemko Banda Aceh memboyong sejumlah produk unggulan hasil karya UMKM lokal.
Mulai dari ija krong (kain sarung), parfum khas Aceh, kasab (kain tradisional), tas bermotif etnik Aceh, kopi Aceh, gemstone, sepatu rajut, freshcare, bumbu masakan khas Aceh, hingga berbagai kerajinan tangan bernilai seni tinggi lainnya, semuanya ditampilkan dengan kebanggaan dan kualitas terbaik.
Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, yang hadir langsung di Surabaya, menegaskan komitmen pemerintahannya dalam memajukan UMKM sebagai tulang punggung ekonomi rakyat.
Dalam video singkat di Instagram miliknya, Illiza juga mengunjungi sejumlah stand yang mendapat sambutan hangat dari penjaga stan, bahkan ikut memberikan cendera mata ke Wali Kota Banda Aceh ini.
Illiza juga memperlihatkan sejumlah produk hasil kerajinan tangan yang berupa tenunan untuk kain sarung dan sejumlah produk lainnya. Illiza menyatakan produk UMKM Banda Aceh telah memiliki kualitas tinggi dan daya saing luar biasa.
Dia ingin memastikan karya-karya lokal ini dapat dikenal lebih luas, tidak hanya tingkat nasional, tetapi juga internasional. “Inilah bentuk nyata komitmen kami dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan kesejahteraan masyarakat,” jelasnya.
Pantauan di lokasi menunjukkan antusiasme pengunjung sangat tinggi, dimana stan Banda Aceh yang terletak di lantai 1 Grand City Convention Hall ramai dipadati pengunjung sejak hari pertama dibuka.
Produk yang paling menarik perhatian dan laris manis berupa bubuk kopi Aceh yang memang dikenal memiliki aroma khas dan cita rasa kelas dunia. Partisipasi ini menjadi langkah strategis Pemko Banda Aceh dalam mempromosikan potensi pariwisata, sekaligus memperluas jaringan pasar bagi pelaku UMKM.
Pemerintah berharap melalui ajang ini, produk lokal Banda Aceh dapat menembus pasar yang lebih luas dan berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi masyarakat, khususnya kelompok UMKM yang terus tumbuh di kota ini.
Sementara itu, delegasi Kota Banda Aceh juga tampil memikat dalam Karnaval Budaya Musyawarah Nasional (Munas) ke-VII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Surabaya pada Jumat (9/5/2025) malam.
Karnaval ini menjadi bagian dari rangkaian Munas APEKSI dengan mengusung tema “Light Culture Paradise” yang diikuti 98 kota anggota asosiasi. Ribuan warga tumpah ruah di sepanjang rute karnaval, mulai dari pertigaan Genteng Besar hingga depan Gedung BNI atau samping Alun-Alun Surabaya.
Antusiasme warga memuncak saat rombongan Pemko Banda Aceh melintas. Delegasi dari “Bumi Serambi Mekkah” ini tampil mempesona mengenakan busana adat Aceh—bajee linto baro dan dara baro, diiringi alunan musik tradisional dan tarian khas Tanah Rencong.
Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, tampil anggun dalam balutan busana adat, didampingi suaminya Amir Ridha, yang juga Ketua Dekranasda serta Ketua TP PKK Kota Banda Aceh, Dessy Maulida.
Ketiganya menyapa hangat warga ‘Kota Pahlawan’, sehingga menciptakan suasana penuh keakraban dan kegembiraan. “Karnaval budaya ini merupakan tradisi yang setiap tahun digelar oleh Asosiasi. Ini jadi wadah penting memperkuat pelestarian warisan budaya daerah di tengah tantangan modernisasi,” ujar Illiza.
Dia juga menekankan pentingnya kegiatan ini dalam mempromosikan identitas budaya Aceh yang kental dengan nilai-nilai Islam kepada masyarakat luas. “Kita juga memperkenalkan potensi pariwisata, kuliner, serta industri kreatif daerah melalui sajian budaya yang khas ini,” tambahnya.
Delegasi Banda Aceh berjumlah 60 orang, terdiri dari para kepala OPD, camat, keuchik, tim seni tari, dan duta wisata. Penampilan mereka bukan hanya menyedot perhatian publik, tetapi juga mempererat ikatan antar kota melalui semangat budaya.
“Ini sebagai momentum memperkuat jejaring antar pemerintah kota dalam membangun peradaban yang inklusif dan berkelanjutan melalui budaya,” pungkas Illiza. Diharapkan, dengan keikutsertaan Pemko Banda Aceh, maka minat wisatawan nusantara berkunjung ke Banda Aceh semakin tinggi.(Muh)