posaceh.com, Jakarta – Sepeda motor listrik yang diproduksi oleh sejumlah produsen ternyata masih kurang laku dibandingkan sepeda motor berbahan bakar BBM. Pengusaha langsung menjerit dan meminta bantuan pemerintah untuk segera mengeluarkan subsidi atau insentif.
Motor listrik yang dicanangkan era Presiden Jokowi belum juga mendapat insentif seperti pada 2024 silam, sehingga menimbulkan kekhawatiran tidak berlanjut di tahun ini. Produsen bahkan melihat ada kecenderungan penundaan pembelian motor listrik.
Diduga, calon pembeli menunggu kejelasan soal insentif untuk pembelian motor listrik dan di sisi lain, kalangan pelaku usaha optimistis insentif tetap dilanjutkan meski skemanya masih belum jelas.
“Setahu saya insentif tetap dilanjutkan, cuma yang kita tunggu kepastian besarannya dan juga menyangkut skemanya,” kata Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (AISMOLI) Budi Setiyadi kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/1/2025).
Ketidakpastian insentif ini membuat kebijakan dari tiap industri masih menggantung. Ia pun sudah meminta waktu untuk berdiskusi dengan Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) Moeldoko agar menyuarakan pesan bahwa skema subsidi bisa sama seperti 2024.
“Perlu percepatan supaya nggak menggantung seperti sekarang ini, sehingga masyarakat bisa langsung membeli. Dan kemudian industri dengan persiapan cukup banyak bisa langsung menjual karena sekarang kita overstock. Banyak barang motor listrik dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) 40% sekarang banyak numpuk, bukan hanya di industri, tapi di diler-diler,” sebut Budi.
Industri berharap pemerintah tetap melanjutkan insentif, dimana menurutnya pemerintah sedang menggodok kebijakan terkait skema besaran. Saat ini dalam tahap menunggu dan berharap semoga tidak terlampau lama.
“Yang sekarang terjadi saat 2024 karena kuota cukup tinggi maka industri stok banyak, dengan harapan 2024-2025 itu akan bisa jual dengan cukup banyak,” kata Budi.
Berkaca pada tahun 2024 lalu, semua kuota motor listrik akhirnya bisa terserap, bahkan kekurangan. Kuota 50.000 unit bisa habis menjelang akhir tahun, sehingga membuat pemerintah menambah kuotanya. “Dari 2023 ke 2024 secara tren untuk pembelian motor listrik itu tinggi sekali,” sebut Budi.(Muh/*)