Pemerintah Aceh

Pemerintah Aceh Apresiasi Kerjasama Pendidikan Kedokteran Hewan Indonesia-Jepang

348
×

Pemerintah Aceh Apresiasi Kerjasama Pendidikan Kedokteran Hewan Indonesia-Jepang

Sebarkan artikel ini
Kepala Dinas Peternakan Aceh Zalsufran, saat membacakan sambutan Gubernur Aceh, pada Simposium Internasional ke-8 Asosiasi Pendidikan Kedokteran Hewan Jepang-Indonesia (AJIVE), di Anjong Mon Mata, komplek Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Sabtu (06/7/2024) malam. FOTO/ HUMAS PEMERINTAH ACEH

posaceh.com, Banda Aceh – Pemerintah Aceh mengapresiasi kerjasama antara Indonesia dan Jepang di bidang pendidikan kedokteran hewan, karena sangat memberi manfaat bagi kedua negara. Mulai dari peningkatan pendidikan kedokteran, hingga pengembangan teknologi dan pertukaran pelaja, yang secara langsung berdampak pada peningkatan SDM dan kualitas kesehatan hewan di Aceh.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Aceh Zalsufran, saat membacakan sambutan Gubernur Aceh, pada Simposium Internasional ke-8 Asosiasi Pendidikan Kedokteran Hewan Jepang-Indonesia (AJIVE), di Anjong Mon Mata, komplek Meuligoe Gubernur Aceh, Sabtu (06/7/2024) malam
“Kerjasama ini telah memberikan banyak manfaat bagi kedua negara, antara lain seperti Peningkatan kualitas pendidikan kedokteran hewan, pengembangan teknologi baru, pertukaran pelajar, dan lain sebagainya,” ujar Zalsufran.

“Kami berharap kerjasama ini dapat terus ditingkatkan dan diperluas di masa depan. Kami yakin bahwa kerjasama ini akan semakin memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Jepang, dan Pemerintah Aceh siap mendukung berbagai program dan kegiatan kerjasama yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan kedokteran hewan di Indonesia dan Jepang,” imbuh Zalsufran.

Pada kesempatan tersebut, Zalsuftan menegaskan komitmen Pemerintah Aceh untuk mendukung kemajuan pendidikan kedokteran hewan di di wilayah ini. “Kami telah menjalankan berbagai program dan kebijakan untuk meningkatkan kualitas kesehatan hewan dan peternakan, seperti pembangunan klinik hewan, penyediaan obat-obatan hewan, pelatihan bagi peternak, dan lain sebagainya,” kata Zalsufran.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Rektor Universitas Syiah Kuala beserta Jajaran, Dekan FKH Universitas Syiah Kuala, Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia (AFKHI), Ketua Asosiasi Pendidikan Kedokteran Hewan Jepang-Indonesia (AJIVE) dan Para Dosen dan Mahasiswa Kedokteran Hewan dari Indonesia dan Jepang. “Atas nama Pemerintah dan seluruh rakyat Aceh, kami mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta Simposium Internasional AJIVE ke-8, baik dari Indonesia maupun Jepang. Saya merasa terhormat dan bangga, bahwa Aceh, khususnya Universitas Syiah Kuala, dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggaraan acara internasional yang bergengsi ini,” ucap Kadisnak Aceh itu.

Pada kesempatan tersebut, Zalsufran mengungkapkan, dari sektor peternakan di Indonesia, Aceh termasuk daerah yang memiliki potensi yang sangat besar, karena memiliki lahan yang luas, iklim yang cocok, dan sumber daya alam yang melimpah untuk mendukung pengembangan peternakan.
“Sektor ini juga merupakan salah satu sektor penyumbang bagi perekonomian daerah dan ketahanan pangan masyarakat. Hewan ternak seperti ayam, sapi, kambing, dan kerbau menjadi sumber protein utama bagi masyarakat Aceh,” ungkap Zalsufran.

Namun, kata Kadisnak, untuk mencapai potensi maksimalnya, sektor peternakan di Aceh membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk para dokter hewan. Peran dokter hewan sangatlah penting dalam menjaga kesehatan hewan ternak dan meningkatkan produktivitas peternakan.
Dokter hewan juga memiliki tanggung jawab untuk mendiagnosi, mengobati dan mencegah penyakit hewan, serta memberikan edukasi kepada peternak tentang cara memelihara hewan ternak yang baik dan benar.

Dalam sambutannya, Zalsufran juga mengapresiasi Fakultas Kedokteran Hewan yang ada di Indonesia, terkhusus Universitas Syiah Kuala yang telah membantu pemerintah Aceh dalam menurunkan angka Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada tahun 2023 lalu hingga zero case.

Pada kesempatan tersebut, Zalsufran juga mengundang para peserta simposium untuk berinvestasi di sektor peternakan di Aceh, karena Aceh menawarkan berbagai peluang investasi yang menarik, seperti pembangunan peternakan modern, pengembangan teknologi peternakan, dan pengolahan produk peternakan. “Terima kasih sekali lagi kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan penyelenggaraan Simposium Internasional AJIVE ke-8 ini. Semoga dapat menghasilkan kesepakatan dan kerjasama yang bermanfaat bagi kemajuan pendidikan kedokteran hewan di Indonesia dan Jepang,” pungkas Zalsufran.(MarDG/*)