Daerah

Pembangunan Masjid Mata Ie di Ranto Peureulak Rampung

2698
×

Pembangunan Masjid Mata Ie di Ranto Peureulak Rampung

Sebarkan artikel ini
Masjid Babussalam di Desa Mata Ie, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, yang dibangun sejak 2015 rampung pada 2022 lalu. (Foto: Ist)

posaceh.com, Banda Aceh – Pembangunan sebuah masjid di Desa Mata Ie, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, yang sempat terbengkalai akibat konflik kini telah rampung dibangun.

Pembangunan yang berlangsung selama beberapa tahun didukung penuh oleh perangkat Desa Mata Ie bersama masyarakat gampong yang sebenarnya masih tertinggal.

Kawasan ini yang pernah menjadi lumbung minyak dan gas bumi (migas) oleh perusahaan Asamera pada era 1970-an pernah jaya di masanya. Tetapi, perusahaan hengkang pada pertengahan 1980-an.

Konflik yang meletus pada akhir 1980-an, membuat desa ini ditinggalkan oleh para penduduknya, yang sebagian besar merupakan transmigran dari Pulau Jawa, program transmigrasi pemerintah pusat.

Megah dan Asri

Keuchik Mata Ie, Muhammad, Kamis (11/05/2023) mengatakan, pembangunan masjid sejak 8 tahun lalu atau sejak 2015. Masjid yang diberi nama Babussalam itu tampak berdiri megah dan asri dekat SDN Mata Ie.

Dia mengatakan berkat sumbangan dari masyarakat, masjid yang awalnya dibangun berdinding papan pada 1976 berganti dengan beton.

Dikatakan, dua periode keuchik secara berkelanjutan membangun Masjid Babussalam kebanggaan warga Mata Ie ini.

“Sumbangan masyarakat Mata Ie telah membuat masjid ini berhasil dibangun sampai tuntas,” ujarnya melalui WhatsApp (WA).

Dia mengaku senang dengan kekompakan masyarakat yang ikut membantu membangun masjid ini.
Keuchik yang akrab dipanggil Efi itu juga menjelaskan, kondisi desanya perlu mendapat perhatian pemerintah, khususnya meningkatkan perekonomian masyarakat.

Area ini yang sudah ditanami pohon sawit oleh masyarakat, sesuai imbauan pemerintah ditengahi dengan jalan perbukitan dan bebatuan yang tembus ke Idi, ibu kota Kabupaten Aceh Timur, belum pernah diaspal.

Saat musim kemarau menebarkan debu, sebaliknya saat musim hujan, kondisi jalan digenangi air, sehingga sulit dilalui kendaraan bermotor.

Kondisi ini sudah berlangsung puluhan tahun, sehingga perkembangan desa tidak mengalami kemajuan yang berarti.

Dia berharap Pemerintah Aceh dapat meningkatkan pembangunan jalan peninggalan perusahaan Asamera pada 1970-an silam itu.

Keuchik Mata Ie berharap jalan ini seharusnya juga masuk prioritas Pemerintah Aceh, sama seperti di kawasan Lokop, Aceh Timur yang tembus ke Kabupaten Gayo Lues. (Nur)