posaceh.com, Banda Aceh – Happy Ending, akhir yang bahagia dan menyenangkan dipersembahkan Julianto pada laga final nomor daeryun atau tarung kelas 54 kilogram cabang olahraga beladiri Hapkido PON XXI Aceh – Sumatera Utara di GOR KONI Aceh, Banda Aceh, Kamis (12/9).
Julianto meraih kemenangan atas rivalnya Aidi Angga Riandika dari Jawa Tengah lewat pertarungan yang dramatis sepanjang tiga ronde di partai pamungkas tersebut.
Perolehan nilai kedua petarung itu berlangsung ketat dan terus berimbang di hampir sepanjang berlangsungnya pertandingan, mulai dari 2 -2, 4 -4, 5 -5, 6 – 6, 8 -8, 11 – 11, hingga akhirnya atlet Hapkido Aceh yang menjadi pemenang dengan skor 24 – 22.
Kemenangan itu disambut gemuruh para penonton yang memadati seluruh tribun GOR KONI Aceh yang sejak dan selama berlangsungnya pertarungan tiga ronde itu – per ronde tiga menit – terus memberi dukungan kepada Julianto.
Rasa syukur, suka cita bercampur haru seketika me dari para atlet, pelatih, ofisial, pengurus dan Ketua Umum Hapkido Aceh, Amal Hasan serta masyarakat Aceh yang menyaksikan pertandingan itu, saat ronde ketika berakhir, dengan skor 24 – 22 bagi kemenangan Julianto sekaligus meraih medali emas.
Kemenangan itu sangat diharapkan dan dinantikan, pasalnya Tim Hapkido Aceh saat itu baru mendapatkan satu perak, dua perunggu, hanya menyisakan Julianto di laga final dan partai terakhir pula.
Karena itu pulalah, Julianto yang mendapat dukungan moril yang luar biasa, menaikkan mentalnya dan tak kenal lelah melakoni pertarungan keras itu.
Selain mendapat poin dari tendangannya, atlet Aceh ini juga berhasil beberapa kali membanting lawan sehingga mendongkrak nilainya untuk terus memimpin.
“Saya selalu ingat orang tua, ketika poin saya di bawah, saya ingat orang tua, sehingga membuat saya harus bisa mendapatkan nilai serta memenangkan pertandingan,” ujar Julianto lajang berusia 29 tahun ini.
Pria kelahiran 17 Juli 1995 di Aceh Singkil ini menyebutkan, medali emas dipersembahkan untuk kedua orang tuanya, pelatih, ofisial, pengurus, ketua Hapkido Aceh, KONI Aceh, Pemerintah dan masyarakat Aceh.
Kenangan Manis
Medali emas yang diraihnya itu menjadi kenangan manis, karena PON XXI Aceh – Sumatera Utara, sebagai yang terakhir bagi mahasiswa tehnik kimia semester dua Universitas Syiah Kuala (USK).
“Mungkin PON XXII/2028 di NTB saya tidak tampil lagi, saya melanjutkan karir menjadi pelatih,” ujar anak ke empat dari lima bersaudara dari Agus Purnomo dan Mujirah ini.
Selain itu, ia ingin menjadi memotivasi bagi para atlet-atlet muda Hapkido Aceh untuk bisa berprestasi lebih baik lagi di nasional dan internasional di masa mendatang.
Ia mengatakan, medali emas yang hasil latihan keras dan disiplin, penempaan dari pelatih, perhatian pengurus, ketua Hapkido, KONI dan Pemerintah Aceh.
Dalam menghadapi PON XXI,ia bersama sejumlah atlet Hapkido lainnya dipersiapkan dan ditempa secara intensif melalui pemusatan latihan daerah (Pelatda) yang dilaksanakan KONI Aceh.
Julianto yang memulai kiprah di olahraga beladiri mulai sebagai atlet silat 2011, taekwondo 2014 dan bergabung dengan olahraga beladiri asal Korea, Hapkido yang terbilang baru ini pada 2016.
Selama menjadi atlet Hapkido, Julianto sebelumnya telah meraih prestasi medali perak di PON XX/2021 Papua yang mana cabor ini masih sebagai eksibisi. Juara di kejuaraan international di Hongkong Juli 2024 bersama Hurairah di nomor Nak Bop High Jump.
Perjuangan Luar biasa
Ketua Umum Pengurus Provinsi Hapkido Indonesia (Pengprov HI) Aceh, Amal Hasan mengapresiasi usaha dan perjuangan yang luar biasa para atlet Aceh untuk meraih prestasi, sehingga bisa mendapatkan satu emas, satu perak dan dua perunggu.
Amal Hasan mengatakan, prestasi yang diperoleh atlet sudah sangat maksimal dalam persaingan yang sangat pada multi event olahraga nasional empat tahunan di tanah air yang berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara ini.
Happy Ending dari Julianto, medali emas pertama yang lahir di GOR Aceh – pasca direnovasi untuk venue PON XXI – bagi Kontingen Aceh. (Adv)