Internasional

Batu Prasasti Kuno Awalnya Jadi Pijakan Kaki, Terjual Rp 82,2 Miliar di Rumah Lelang Sotheby’s

97
×

Batu Prasasti Kuno Awalnya Jadi Pijakan Kaki, Terjual Rp 82,2 Miliar di Rumah Lelang Sotheby’s

Sebarkan artikel ini
Dua petugas rumah lelang Sotheby's di London, Inggris memperlihatkan batu prasasti kuno pada Desember 2024. FOTO/CNN

posaceh.com, London – Sebuah prasasti batu kuno yang awalnya dijadikan sebagai pijakan kaki di sebuah rumah seorang warga Yahudi di Israel selama beberapa dekade akhirnya terjual di rumah lelang Sotheby’s London, Inggris. Pembelinya, seseorang yang tidak mau disebutkan identitasnya.

Batu itu diyakini sebagai salah satu batu tertua di dunia dengan ukiran 10 Perintah Tuhan dari Perjanjian Lama. Harga di rumah lelang mencapai US$ 5,04 juta atau sekitar Rp 82,2 miliar, jauh melampaui estimasi awal sebesar US$ 2 juta atau Rp 32,6 miliar. Batu tersebut diperkirakan berasal 1.500 tahun lalu pada akhir era Romawi-Bizantium.

Menurut Sotheby’s yang menggelar pelelangan, pembelinya berencana menyerahkan batu tersebut ke institusi Israel. Batu yang menyimpan jejak sejarah dunia purba tersebut sudah dilupakan selama beratus-ratus tahun dengan berat sekitar 52 kilogram dan tinggi 0,6 meter.

Awalnya, ditemukan pada tahun 1913 saat dilakukan penggalian di jalur kereta api baru wilayah utara yang kini menjadi bagian dari Israel, seperti dikutip dari CNN International, Minggu (5/1/2025). Batu tersebut ditemukan di dekat situs sinagoge, masjid, dan gereja kuno dan bertuliskan 10 hukum Alkitab dalam aksara Paleo-Ibrani.

Meskipun demikian, penemuan tersebut tidak sepenuhnya dihargai dan batu tersebut terus digunakan sebagai paving di luar rumah seseorang selama tiga dekade. Batu tersebut diletakkan menghadap ke atas, sehingga terinjak sama pejalan kaki, sehingga tulisannya kian memudar. Beruntung lempengan tersebut secara historis akhirnya diakui dan dilestarikan.

Menurut pernyataan pers oleh Sotheby’s, batu tersebut sempat dijual kepada seorang sarjana pada tahun 1943. Orang yang tidak disebutkan namanya ini menebutkan dirinya sebagai Dasa Titah Samaria. Samaritanisme adalah agama monoteistik kuno yang didasarkan pada lima kitab pertama Perjanjian Lama.

Meskipun terkait dengan Yudaisme, Samaritanisme menganggap Gunung Gerizim di wilayah Tepi Barat sebagai tempat tinggal Yahweh, bukan Gunung Sion. Sotheby’s menjelaskan lempengan tersebut awalnya kemungkinan besar telah dihancurkan oleh invasi Romawi tahun 400-600 M atau akibat dari Perang Salib pada akhir abad ke-11.

Dalam klip video pendek tentang penjualan tersebut, rumah lelang tersebut menggambarkan Sepuluh Perintah dalam Kitab Keluaran sebagai “landasan hukum dan moralitas” dan “teks dasar peradaban Barat.” Batu tersebut menampilkan 20 baris teks, yang mengikuti ayat-ayat dari Alkitab, yang umum dalam tradisi Yahudi dan Kristen.

Namun, hanya sembilan dari 10 perintah dari Kitab Keluaran yang disertakan, yang hilang adalah: “Jangan menyebut nama Tuhan dengan sembarangan.” Sebagai gantinya, ada petunjuk baru untuk beribadah di Gunung Gerizim.

Richard Austin, kepala buku dan manuskrip global Sotheby’s, mengatakan dalam pernyataan pers: “Papan yang luar biasa ini bukan hanya artefak bersejarah yang sangat penting, tetapi juga hubungan nyata dengan kepercayaan yang membantu membentuk peradaban Barat”.

“Menemukan bagian warisan budaya bersama ini berarti melakukan perjalanan melintasi ribuan tahun dan terhubung dengan budaya dan kepercayaan yang diceritakan melalui salah satu kode moral paling awal dan paling abadi dari umat manusia,” katanya.(Muh/*)