posaceh.com, Washington – Seorang perwira Badan Intelijen AS, CIA divonis 30 tahun penjara oleh hakim pengadilan Washington. Terdakwa yang seharusnya melakukan tugas sebagai mata-mata di negara lain ditemukan terbukti melakukan kejahatan mengerikan.
Dia terbukti melakukan kekerasan seksual terhadap puluhan wanita, sehingga dinyatakan bersalah atas tuduhan penyerangan seksual terhadap puluhan wanita saat bertugas di seluruh dunia. Terdakwa Brian Jeffrey Raymond, dengan janggut yang mulai memutih dan mengenakan pakaian berwarna oranye, duduk dengan sedih saat mendengar hukumannya.
Itu menjadi salah satu kasus pelanggaran paling mengerikan dalam sejarah CIA, seperti dilansir AP, Kamis (19/9/2024). Hal itu dicatat dalam perpustakaannya sendiri yang berisi lebih dari 500 gambar, yang dalam beberapa kasus menunjukkan dia melakukan kekerasan seksual terhadap para korbannya yang tak sadarkan diri.
“Dapat dikatakan, dia seorang predator seksual,” kata Hakim Senior AS, Colleen Kollar-Kotelly saat menjatuhkan hukuman yang diminta jaksa. “Anda akan memiliki waktu untuk memikirkan hal ini,” ujarnya. Jaksa mengatakan penyerangan yang dilakukan Raymond (48) terjadi pada 2006 saat betugas di Meksiko, Peru, dan negara-negara lain, semuanya mengikuti pola yang sama.
Dilaporkan, dia memikat wanita yang ditemuinya di Tinder dan aplikasi kencan lainnya ke apartemennya yang disewa pemerintah dan membius mereka sambil menyajikan anggur dan makanan ringan. Begitu pingsan, dia menghabiskan waktu berjam-jam dengan memotret dan menyerang mereka.
Satu per satu, sekitar selusin korban Raymond yang hanya diidentifikasi berdasarkan nomor di pengadilan menceritakan bagaimana mata-mata kawakan itu mengubah hidup mereka. Beberapa mengatakan mereka baru mengetahui apa yang terjadi setelah FBI menunjukkan foto-foto penyerangan saat tidak sadarkan diri.
“Tubuh saya terlihat seperti mayat di tempat tidurnya,” kata salah seorang korban tentang foto-foto itu. “Sekarang saya bermimpi buruk melihat diri saya sendiri mati,” tambahnya. Salah satu dari mereka menggambarkan dirinya mengalami gangguan saraf.
Yang lain bercerita tentang trauma berulang yang menyebabkannya menerobos lampu merah saat mengemudi mobil. Banyak yang bersaksi tentang bagaimana kepercayaan diri dan keyakinan mereka terhadap orang lain telah hancur.
“Saya berharap dia dihantui oleh konsekuensi tindakannya selama sisa hidupnya,” kata salah satu wanita yang seperti wanita lainnya yang menatap Raymond dengan tajam saat dia berjalan meninggalkan kursi pesakitan. Saat membacakan pernyataan, Raymond mengatakan kepada hakim dia telah menghabiskan waktu berjam-jam untuk merenungkan kemerosotan moral dirinya.
“Itu mengkhianati semua yang saya perjuangkan, dan saya tahu permintaan maaf tidak akan pernah cukup,” katanya. “Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan betapa menyesalnya saya, itu bukanlah diri saya, tetapi itulah diri saya yang sebenarnya,” akunya.
Vonis Raymond dijatuhkan di tengah-tengah penyelidikan atas pelanggaran seksual di CIA. Associated Press melaporkan pekan lalu, seorang perwira veteran CIA lainnya menghadapi tuntutan hukuman di Virginia karena diduga merogoh rok seorang rekan kerja dan menciumnya secara paksa saat pesta mabuk-mabukan di kantor.
Seorang mantan karyawan CIA lainnya, seorang calon perwira dijadwalkan menghadapi persidangan bulan depan atas tuduhan menyerang seorang wanita yang mengenakan jilbab di tangga kantor pusat lembaga tersebut di Langley, Virginia.
Kasus tersebut membuat sekitar dua lusin wanita berani melapor kepada pihak berwenang dan Kongres tentang pelecehan seksual yang mereka alami, sentuhan yang tidak diinginkan, dan apa yang mereka katakan sebagai upaya CIA untuk membungkam mereka.
Namun, luasnya pelanggaran seksual di CIA tetap menjadi rahasia umum atas nama keamanan nasional. Termasuk laporan pengawas internal setebal 648 halaman yang menemukan kekurangan sistemik dalam penanganan pengaduan tersebut oleh lembaga tersebut.
“Sifat rahasia dari aktivitas tersebut memungkinkan badan tersebut menyembunyikan banyak hal,” kata Liza Mundy, penulis Sisterhood: The Secret History of Women at the CIA. Badan yang didominasi laki-laki tersebut, katanya, telah lama menjadi tempat berlindung bagi pelanggaran seksual yang mengerikan. “Selama beberapa dekade, para pria di pucuk pimpinan memiliki kebebasan,” katanya.
CIA telah secara terbuka mengutuk kejahatan Raymond dan menerapkan reformasi besar-besaran yang dimaksudkan untuk menjaga keamanan wanita, menyederhanakan pengajuan klaim, dan lebih cepat mendisiplinkan pelanggar.
“Tidak ada alasan sama sekali atas perilaku Raymond yang tercela dan mengerikan,” kata lembaga tersebut pada Rabu (18/9/204). “Seperti yang ditunjukkan dalam kasus ini, kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan penegak hukum,” tambahnya.
Sedangkan Pengacara Raymond telah meminta keringanan hukuman, dengan menyatakan pekerjaan Raymond di CIA setelah serangan 11 September 2001 menjadi tempat berkembang biaknya sikap tidak berperasaan yang memungkinkannya memangsa wanita.
“Saat ia bekerja keras di pemerintahan, ia mengabaikan kebutuhannya sendiri akan bantuan, dan seiring berjalannya waktu ia mulai mengisolasi dirinya, melepaskan diri dari perasaan manusia dan menjadi mati rasa secara emosional,” tulis pengacara pembela Howard Katzoff dalam berkas pengadilan.
“Dia seorang pekerja pemerintah yang sangat berharga, tetapi hal itu membebani dirinya dan membawanya ke jalan yang gelap,” ujar sang pengacara.(Muh/*)